KERIS
Laporan Study Field di Museum Ronggowarsito
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M. Si
Disusun Oleh:
Luthfiyatul Hiqmah (113511048)
Laila Akbar Ramadhany (123511046)
Nurul Elmi Auliawati (123311044)
Dhillan Azaly Al-Farozy (123311013)
Luqmanul Hakim (123311024)
Luqmanul Hakim (123311024)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Keris merupakan
senjata khas mayarakat Jawa dan kalangan masyarakat Jawa, keris dianggap
sebagai benda leluhur. Namun selama ini, masyarakat kurang memahami senjata
tradisional tersebut. Pada zaman dahulu ketika masa perjuangan untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia, para pemimpin dan pejuang bangsa sudah menggunakan keris
sebagai senjata perang melawan penjajah.
Seiring
perkembangan zaman, banyak masyarakat Jawa tidak atau kurang mengetahui sejarah
keris, makna sebenarnya (filosofi) sebuah keris, fungsi-fungsi keris dan
bagaimana menempatkan keris dengan tepat sehingga banyak yang disalahgunakan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa arti sebuah keris dalam
kehidupan manusia?
2. Bagaimana proses pembuatan keris?
3. Apa saja jenis-jenis keris?
4. Bagaimana cara pelestariannya?
BAB
II
HASIL
PENGAMATAN DI MUSEUM RONGGOWARSITO
1.
Arti Sebuah keris dalam Kehidupan Manusia
Keris sebagai adi luhung nenek
moyang bangsa Indonesia memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, baik
yang tersirat maupun tersurat. Bagi masyarakat jawa, ia menjadi piyandel yang
terkait erat dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan bukan berisi
tentang sesuatu yang pantas disembah atau dipuja, tetapi suatu wahana yang
berwujud (wadag) yang berisi doa, harapan dan tuntunan hidup (filosofi hidup)
masyarakat Jawa yang termaktub dalam “ sangka parang dumadi-sangka paraning
pambudi-manungaling kawulo Gusti”. Piwulang-piweling ini terroemulasi dalam
sebuah benda buatan yang disebut dengan keris atau tombak.
Basuki Teguh Yuwono melihat arti
sebuah keris bagi manusia adalah sebagai berikut :
a. Keris sebagai senjata
Hal ini terkait dengan keberadaan manusia dalam rangka
mempertahankan kehidupannya, baik secara fisik maupun sosial budayanya.
b. Keris sebagai lambang
Keris dengan segala kelenggkapannya merupakan salah satu
penanda identitas pribadi dari pemiliknya.
c. Keris sebagai atribut
Keris meruakan pelengkap atribut pakaian. Melalui atribut
yan dipakai seseorang maka dapat diketahui status sosial dan drajatnya di
tengah masyarakat. Di masyarakat Jawa, ada pepatah yang menyatakan bahwa bila
berbusana adat tanpa memekai keris ibarat telanjang.
d. Keris sebagai media ekspresi seni
Kitab “kawalang“ menyatakan bahwa masyarakat Jawa merupakan
pemuja keindahan. Hasil imajinasi dan keindahan pola pikir para Empudituangkan
dalam sebuah karya adi luhung berupa keris.
e. Keris sebagai benda bertuah
Keris dipercaya memiliki tuah yang dapat mendukung kehidupan
pemiliknya. Keris dipercaya memiliki daya magis sehingga sangat besar
berpengaruh sugesti terhadap kehidupan pemiliknya.
f. Keris sebagai benda koleksi
Keris merupakan karya seni bernilai tinggi sehingga menjadi
salah satu benda koleksi yang mencerminkan kelas sosial pemiliknya.
2.
Proses Pembuatan Keris
Proses pembuatan keris dan tosan aji
lainnya sebenarnya tidak berbeda jauh dengan cara kerja pandai besi dalam
membuat cankul, arit, atau pisau dapur. Proses pembuatan keris dari awal hingga
finishing lebih dari dua puluh tahapan. Pekerjaan pertama yang harus disiapkan
adalah segaja jenis bahan baku, peralatan dan sarana untuk pekerjaan. bahan
baku, peralatan dan sarana antara lain adalah :
a. Besalen : tempat kerja, brngkel kerja atau workshop.
b. Peralatan kerja, berupa ububan dan paron atau besi landasan
tempa, palu besar dan palu kecil untuk empu, cabit, gergaji besi, pahat besi,
balu dan berbagai macam kikir.
c. Panjak atau tenaga pembantu, arang kayu jati kualitas
terbaik.
d. Bahan baku keris yang berupa :
- Besi
tempa sekitar 12 kg (untuk keris lurus) sampai 18kg (untuk keris luk)
- Baja
- Bahan
pamor
Pertama-tama yang dikerjakan adalah
bahan besinya. Proses pembersihan besi tempa ini atau yang dikenal dengan masuh
atau mbesot. Proses ini dilakukan dengan cara besi dipanaskan dan ditempa
secara terus menerus. Setelah besi menjadi panjang, besi tempa yang membara itu
ditekuk sehingga membentuk huruf U. penempatan diteruskan pada sisi-sisi
tekukan sehingga kedua tekukan itu menempel satu sama lain terus menerus.
Setiap kali menekuk berarti jumlah lapisan pada besi itu bertambah.pada lekukan
pertama, pamornya dua lapis.pada lekukan kedua pamor dan besinya menjadi enam
lapisan pamor. Untuk kualitas baik, lapisan pamor pada besi bisa sampai ratusan
jumlahnya. Dan begitu pula untuk yang kualitas istimewa, lapisan atau lekukannya
bisa sampai ribuan. Besi tempa yang telah berlapis pamor disebut saton.
Tahap selanjutnya adalah memotong
saton menjadi dua bagian dengan sama panjang. Kedua potongan saton lalu
ditumpuk dan ditengahnya disisipkan lempengan baja tipis. Setelah saton dan bahan
melekat erat satu sama yang lain, selanjutnya digergaji menjadi bentuk kodokan.
Kodokan inilah yang selanjutnya ditempa lagi menjadi calonan. Yaitu, kodokan
yang sudah dibentuk seperti keris. Dalam pembuatan calonan tergantung dari
keris yang akan dibuat, apakah keris lurus atau keris luk. Setelah calonan
keris sudah selesai, tahap selanjutnya adalah anggrabahi yaitu menjadikan keris
sempurna dengan tambahan membuat kembang kacangnya, membuat jalennya,
sogokannya, kruwingan dan sebagainya. Agar sempurna maka keris dihaluskan serta
diberi warangka beserta aksesorisnya.
3.
Jenis-Jenis Keris
Keris adalah
senjata tajam yang memang memiliki jenis yang beragam dan memiliki nama yang
beragam pula. Dari berbagai jenis nama yang ada pada keris, pada dasarnya
terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
a.
Keris lajer
Keris lajer
adalah keris yang memiliki bentuk lurus saja. Pada jaman dahulu keris lajer
digunakan oleh para senopati kerajaan.
b.
Keris Luk
Keris luk
selalu dinamakan sesuai dengan jumlah luk yang ada di bilahnya. Pada bawah luk terdapat hiasan yang berupa
pahatan dengan bentuk gambar yang bisa disesuaikan dengan keinginan sang empu.
Dari jumlah luk
yang ada, yaitu luk 3, luk 5, luk 7, luk 9, luk 13, luk 15, luk 17, luk 19, luk
21, luk 25, luk 27 dan luk 29. Luk 23 tidak ada dalam sejarah pembuatan keris.[1][1]
Contoh Keris :
1) Dapur :
Brojol. Pamor : Pedaringan Kebak. Tangguh : PB. Rangka: Gayaman Solo. Pendhok :
Bunthon. Asal : Semarang
2) Dapur : Brojol. Pamor : Junjung Drajat.
tangguh: mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Bunthon. Asal : Semarang
3) Dapur : Jalak Tilam Upih. Pamor : Ngulit
Semongko. Tangguh : Mataram. Rangka : Ladrang Surakarta. Pendhok : Bunthon.
Asal : Semarang
4) Dapur : Brojol. Pamor : Ngulit Semongko.
Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang.
5) Dapur : Brojol. Pamor : Nyanak. Tangguh :
Mataram. Rangka : Gayaman Solo.
Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang
Keris Jaka (Kendal)
Keris dapur
Jaka Lola dengan ricikan satu sogokan di depan, grendeng, ujung gunung,
berpamor kulit semangka. Fungsi untuk senjata dan melancarkan rezeki.
1) Dapur : Parungsari. Pamor : Wengkon Isi. Tangguh : Medura. Rangka :
Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal:Semarang
2) Dapur : Tilam Upih. Pamor : Wos Wutah. Tangguh
: Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan Kemalon. Asal : Semarang
3) Dapur : Tilam Upih. Pamor : Wos Wutah. Tangguh
: Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Blewahan. Asal : Semarang
Pedang kayu
setigi
Kepedulian terhadap benda budaya yang adi
luhung yang dapat dinikmati masyarakat umum. Pemilik menitipkan ke museum
keris. Dibuat dari kayu setigi yang hidup di pulau Karimunjawa. Fungsi untuk
senjata dan kekuatan. Asal : Semarang
1) Dapur : Bakung. Pamor
: Nyamak. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Jogja. Pendhok : Buthon. Asal :
Semarang
2) Kepedulian terhadap benda budaya yang adi
luhung yang dapat dinikmati masyarakat umum. Asal: semarang
3) Dapur : Sengkelas. Pamor : -. Tangguh :
Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok :
Buthon. Asal : Semarang
1) Keris Naga
Leman
Keris berdapur naga leman karena bentuknya
seperti naga yang tangguh. Fungsinya untuk senjata dan kebijakan
2) Keris Tilam
Upih (Semarang) Keris berdapur tilam upih , tangguh majapahit,
buatan empu Djigjo. pamor keleng, berfungsi untuk senjata, tolak balak dan
keselamatan.
Keris
Jamang
Keris berdapur jamang dengan ricikan sopokan
pendek, belah bertingkat pamor kulit semangka. Keris berwarangka ladrang.
Fungsi untuk senjata, kewibawaan dan keselamatan.
Dapur : Jangkung Cinarita. Pamor : Segara
Muncar. Tangguh : HB. Rangka : Landrang Solo. Pendhok : Blewahan. Asal :
Semarang
1) Dapur :
Parung Sari. Pamor : Wos Wutah. Tangguh : HB. Rangka :Landrang. Pendhok :
Topengan. Asal : Semarang
2) Dapur : Sengkelat. Pamor : Wos Wutah. Tangguh :
HB. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok : Buton. Asal : Semarang
Dapur : Brojol. Pamor : Junjung Drajat. Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo. Pendhok
: Buton. Asal : Semarang
Dapur : Jalak Tilam Upih. Pamor : Ngulit
Semangka. Tangguh : Mataram. Rangka : Ladrang Surakarta. Pendhok : Bunthon.
Asal : Semarang
Dapur :
Sabuk Tampar. Pamor : Wos Wulan Tangguh : Mataram. Rangka : Gayaman Solo.
Pendhok : blewahan. Asal : Semarang
Blawongan
(Jepara)
Tempat keris yang
menempel di dinding ini berukir motif wayang ini terbuat dari kayu jati. Keris
yang ada berwarangka gayaman gaya. Yogyakarta sebelah kiri dan gayaman
Surakarta sebelah kanan.
1)
Warangka Ladrang (Semarang)
Tiga buah keris dengan warangka ladrang gaya surakarta,
beserta pendok, gorok dari lempengan kuningan, berberdiri diatas ploncor
berukir motif tumbuhan dengan warna kayu hitam. Gagang keris berbentuk manusia
khas ukiran gaya surakarta.
2)
Warangka Gayaman (Surakarta)
Warangka gayaman keris bergaya Yogyakarta dengan pendok,
glorok dari kuningan bermotif suluran, timbul, dan di sebelah kanan keris,
berwarangka gayaman, gaya surakarta, warna dari kayu sonokeling, pendoknya
dilapisi logam tipis warna putih.
Keris
Kidangsoka (Semarang)
Keris Kidangsoka berluk Sembilan, dengan Sengkelat berluk 13
berpamor kulit semangka, memiliki bilah tebal dan gagang berukir khas Surakarta
Warangkanya ladrang berslorok kuningan motif saluran. Fungsi senjata,
kewibawaan.
1)
Keris Pena (Semarang)
Keris sebagai ageman, dapat disamarkan bentuknya. Salah
satunya keris dengan bilah kecil berbentuk pena. Selain memiliki fungsi sebagai
pena, ujung yang lain merupakan bilah keris. Fungsinya untuk keselamatan atau
ajian.
2)
Keris Tilam Upih (Semarang)
Keris lajer, berdapur tilam upih, berpamor kulit semongko,
bilah agak tebal. Keris berwarangka gayaman dengan blewah slorok dari kuningan.
Pegangan keris berbentuk manusia gaya Surakarta. Fungsi eskoterinya adalah
kekayaan dan disegani orang.
Pedang Suduk (Semarang)
Pedang panjang dengan bilah agak panjang berpamor Punakawan
Pendawa Lima dengan gagang dari kayu berbentuk kepala manusia secara sederhana.
Sarung pedang terbuat dari kayu. Bagian atas terdapat lapisan pelipit dari
lempengan kuningan.
Keris
Nogorojo luk 13 (Semarang)
Keris luk 13
berdapur Nagaraja berpamor tinatah.
Ragam hias ular. Setiap luk terdapat lubang. Dahulu lubang tersebut berisi
inten atau emas. Fungsi inten atau emas tersebut adalah untuk meredam sifat
galak dari keris. Warangka berbentuk ladrang ber slorok kuningan.
Keris
Naga (Semarang)
Keris lajer ini berdapur naga menghadap ke kiri dan ekornya
menjulur ke ujungkeris. Mendoknya terbuat dari perak motif karangan bertahta
inten. Warangka berbentuk ladrang dengan dilapisi stiker warna merah. Gagangnya
berukir gaya surakarta.
Plocon (Semarang)
Tempat keris ini berukir naga pada kedua sisinya dengan
bagian kepala bawah badan menjulur ke atas. Bagian tengahnya terdapat lobang
untuk tempat keris.
Keris
Lajer (Semarang)
Keris lajer berbilah agak tebal. Pendoknya ada meniran.
Warangkanya gayaman serta terdapat gambar timbul ayam.
1)
Keris Putut (Rembang)
Keris
Putut berjenis lajer merupakan ageman Sunan Bonang. Bagian gagang berbentuk
manusia. Dahulu dimiliki Ibu Suhartati dari rembang. Eksotaris keris adalah
untuk selamatan.
2)
Keris Budo (Rembang)
Keris
cukup tua jaman Majapahitan, dulu pegangan Sunan Bonang yang dimiliki Ibu
Suharti dari rembang.
Keris Semar Kuncung (Semarang)
Keris
berbentuk semar berkuncung dengan pakaian motif kawung. Eksoterinya
kebijaksanaan dan cinta kasih.
Keris Budo (Magelang)
Keris
berbentuk lajer dengan dapur Bethok, termasuk jenis keris tua atau budo. Eksoteris
adalah meredam kekuatan keris lain yang
menyerang pemilik atau keluarganya.
4.
Cara Pelestariaan Keris
Keris sebagai karya adi luhung nenek moyang bangsa Indonesia
telah melekat dalam alam pikir serta kehidupan masyarakat Indonesia. Keris
dengan segala aspekya telah menjadi slah satu pedoman berperilaku individual,
sosial, bernegara dan berkeTuhanan. Oleh karena itu, dunia perkerisan telah
berperan membentuk mentalitas bangsa Indonesia yang berkarakter budaya. Nilai
sebuah keris yang tersirat maupun yang tersurat begitu indah dan agung, kini
mulai surut dan tersingkirkan. Tata nilai dalam perkerisan seringkali dipandang
dari satu sisi saja dan tidak secara utuh, bahkan cendurung berisifat mistis
yang ditonjolkannya. Sehingga hal ini terjadi pembiasaan pemahaman. Peringatan
para leluhur tentang hal berbunyi: “Janjine dudu jimat kemat, ananging agunging
Gusti kang pinuju.”
Janji bukan jimat melainkan keagungan Tuhanlah yang mesti
diluhurkan. Oleh karena itu selayaknyalah pengetahuan dan informasi tentang
keris dibuka selebarnya kepada masyarakat luas agar mereka dapat memahami
sebagaimana mestinya. Selain itu, kecintaan dan kebanggaan dari masyarakat
terhadap keris sangat dibutuhkan. Sebab melalui hal itu, mereka akan terdorong
untuk melestarikan buah karya adi luhung nenek moyang kita.
BAB
IV
ANALISIS
BUDAYA JAWA
Keris merupakan
senjata khas mayarakat Jawa dan kalangan masyarakat Jawa, keris dianggap
sebagai benda leluhur. Namun selama ini, masyarakat kurang memahami senjata
tradisional tersebut.
Keris yang pada
zaman dahulu umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan persenjataan perang
maupun ritual-ritual atau upacara kepercayaan. Namun seiring dengan
perkembangan zaman yang sudah maju seperti sekarang ini, masyarakat lebih
cenderung menggunakan keris hanya
sebagai menjadi pelengkap pakaian adat (ageman)
seperti dalam acara pernikahan. Kalau pun masih ada yang menggunakan keris
untuk keperluan ritual magis itu sudah jarang.
Sebagai
masyarakat yang menghargai budaya dan tradisi, seharusnya juga mengerti dan
paham tentang budaya dan tradisi-tradisi yang ada di daerahnya sendiri seperti
keris yang memerlukan kelestarian tersendiri agar tidak terkikis oleh
perkembangan zaman yang semakin maju.
BAB IV
KESIMPULAN
Hasil pengamatan kami di museum
Ronggowarsito, kami menyimpulkan bahwa Keris sebagai karya adi luhung nenek
moyang bangsa Indonesia telah melekat dalam alam pikir serta kehidupan
masyarakat Indonesia. Keris dengan segala aspekya telah menjadi salah satu
pedoman berperilaku individual, sosial, bernegara dan berkeTuhanan. Di dunia
perkerisan telah berperan membentuk mentalitas bangsa Indonesia yang
berkarakter budaya. Oleh karena itu, selayaknya kita menjaganya, dan
meninformasikan kepada masyarakat tentang keris, sehingga mereka terdorong
untuk melestarikan benda leluhur itu.
BAB V
PENUTUP
Demikian laporan study field di Museum Ronggowarsito yang
dapat kami susun. Kami meminta maaf apabila ada kekurangan atau terjadi
kesalahan baik dalam sistematika penulisan maupun mengenai isi laporan. Kami
menyadari sebagai manusia biasa memang tidak bisa luput dari kesalahan tidak
terkecuali dengan laporan yang telah kami buat. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya laporan yang lebih baik
lagi. Semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua. Amiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Pamungkas,
Ragil. Mengenal Keris Senjata Magis Masyarakat Jawa. Yogyakarta :
Narasi. 2002