Minggu, 28 April 2013

METODE PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN II


METODE PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN II
Makalah
Disusun Guna Memenuhi  Tugas
Mata Kuliah:  Hadits(TM-4B)
Dosen Pengampu: Drs. Ikhrom,M.Ag.




Disusun Oleh :
Luthfiyatul Hiqmah    (113511048)



FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.                  Pendahuluan
Metodemengajar adalah cara yang digunakan guru dalam meengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh sebagai kegiatan belajar siswa sehungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptalah interaksi edukatif.  Dalam interaksi ini, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.[1]


II.               POKOK MASALAH
A.    Apa macam-macam metode pengajaran?
B.     Bagaimana hadits tentang metode cerita?
C.     Bagaimana hadits tentang metode tanya jawab?
D.    Bagaimana hadits tentang metode diskusi?
III.           PEMBAHASAN
A.    Macam-Macam Metode Pengajaran
Teramat banyak untuk menyebutkan  metode yang digunakan dalam suatu pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik hendaknya menggunakan metode secara bergantian sesuai situasi dan kondisi. Tugas guru adalah memilih diantara ragam metode yang tepat  untuk menciptakan suatu iklim pembelajaran kondusif. Ketepatan menggunakan metode tersebut sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.[2]
Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode pembelajaran ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada yang tepat digunakan di dalam kelas atau di luar kelas.
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat metode-metode pembelajaran yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Diantaranya yaitu :
1.      Metode Ceramah adalah penentu bahan pelajaran secara lisan. Guru memberi penjelasan kepada siswa pada waktu tertentu dan tempat tertentu pula.dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberi pengertian terhadap suatu masalah.[3]
2.      Metode Tanya Jawab, adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antar guru dan siswa. Guru bertanya, siswa menjawab atau siswa bertanya, guru menjawab. Dalam komunikasi ini aterlihat adanya timbal balik.
3.      Diskusi,Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi, tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama. Dengan sumbangan tiap orang, kelompok diharapkan akan maju dari satu pikiran ke pikiran yang lain, langkah demi langkah sampai kepaham yang terakhir sebagai hasil karya bersama.

B.     Hadits Tentang Metode Cerita (Kisah)
1.             Hadits Abu Hurairah tentang Metode Cerita (Kisah)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ .أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي، فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ، فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ، يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ، فَقَالَ: لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي، فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ، ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ:  فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ. )أخر جه البارى فى كتاب المسقاة ) [4]
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sumayya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang sangat sehingga dia turun ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika dia keluar didapatkannya seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata: “Anjing ini sedang kehausan seperti yang aku alami tadi”. Maka dia (turun kembali ke dalam sumur) dan diisinya sepatunya dengan air dan sambil menggigit sepatunya dengan mulutnya dia naik keatas lalu memberi anjing itu minum. Kemudian dia bersyukur kepada Allah maka Allah mengampuninya.”Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita akan dapat pahala dengan berbuat baik kepada hewan?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Terhadap setiap makhluk bernyawa diberi pahala.”(HR. Bukhari)

2.             Sanad dan Jalurnya
Hadits di atas dikatakan shahih, adapun jalur sanadnya diriwayatkan sebagai berikut :





Rounded Rectangle: Abdullah bin Yusuf
Kalangan : Tabi’ul Atba’  tua
Kuniyah : Abu Muhammad



 














Rounded Rectangle: Dzakwan
Kalangan : Tabi’in pertengahan 
Kuniyah : Abu Shalih





Rounded Rectangle: Sumayya, maula Abi Bakar bin ‘Abdur Rahman bin Al Harits bin Hisyam
Kalangan : Tabi’in (tdk jumpa Shahabat) 
Kuniyah : Abu Abdullah






Rounded Rectangle: Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir
Kalangan : Tabi’ut Tabi’in tua Kuniyah : Abu Abdullah






Rounded Rectangle: Abdullah bin Yusuf
Kalangan : Tabi’ul Atba’ tua 
Kuniyah : Abu Muhammad
 




















3.             Hadits Pembanding

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ .أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي هَذِهِ الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا. فَقَالَ: فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ.[5]
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik bin Anas dari apa yang telah dibacakan kepadanya dari Sumayya budak Abu Bakr dari Abu Shalih As Samman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: “Pada suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan melalui sebuah jalan, lalu dia merasa sangat kehausan. Kebetulan dia menemukan sebuah sumur, maka dia turun ke sumur itu untuk minum. Setelah keluar dari sumur, dia melihat seekor anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata dalam hatinya: “Alangkah hausnya anjing itu, seperti yang baru ku alami.”Lalu dia turun kembali ke sumur, kemudian dia menciduk air dengan sepatunya, dibawanya ke atas dan diminumkannya kepada anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepada orang itu (diterima-Nya amalnya) dan diampuni-Nya dosanya. Para sahabat bertanya: ”Ya Rasulullah! Dapat pahalakah kami bila menyayangi hewan-hewan ini?” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Menyayangi setiap makhluk hidup adalah berpahala.”(HR. Muslim)
4.             Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas terlihat bahwa Rasulullah bercerita kepada para sahabatnya, sehingga para sahabat merasa tertarik terhadap cerita Rasulullah. Metode bercerita yang dilakukan Rasulullah ini dijadikan metode pembelajaran. Metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang menarik pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk.
C.    Hadits Tentang Metode Tanya Jawab
1.             Hadits Abu Hurairah tentang Metode Tanya Jawab

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُمَارَةَ بْنِالْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ، قَالَ: أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أَبُوكَ، ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ. (اخر جه مسلم في كتاب البر و الصلة و الاداب)[6]
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al A’laa Al Mahdani, Telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail dari Bapaknya dari Umarah bin Al Qa’qa’ dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah seorang laki-laki seraya berkata: “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak dengan kebaktianku?” Beliau menjawab: “Ibumu, lalu Ibumu, lalu Ibumu, kemudian bapakmu, kemudian orang yang terdekat denganmu dan seterusnya.”(HR. Muslim)

2.            Sanad dan Jalurnya
Hadits di atas dikatakan shahih, adapun jalur sanadnya diriwayatkan sebagai berikut :


















Rounded Rectangle: Fudloil bin Ghazwan bin Jarir
Kalangan : Tabi’ut Tabi’in
Kuniyah : Abu Al Fadlol






Rounded Rectangle: Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir
Kalangan : Tabi’in (tdk jumpa Shahabat)
Kuniyah : Abu Abdur Rahman






Rounded Rectangle: Muhammad bin Al Alaa’ bin Kuraib
Kalangan : Tabi’ul Atba’ tua
Kuniyah : Abu Kuraib
 
























3.             Hadits Pembanding

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ الْهَيْثَمِ أَبُو قَطَنٍ وَأَبُو النَّضْرِ قَالَا حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ عَنْ إِيَادِ بْنِ لَقِيطٍ عَنْ أَبِي رِمْثَةَ .عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَدُ الْمُعْطِي الْعُلْيَا أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ، ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ. وَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَؤُلَاءِ بَنُو يَرْبُوعٍ قَتَلَةُ فُلَانٍ. قَالَ: أَلَا لَا تَجْنِي نَفْسٌ عَلَى أُخْرَى. وَ قَالَ:أَبِي قَالَ أَبُو النَّضْرِ فِي حَدِيثِهِ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ وَيَقُولُ يَدُ الْمُعْطِي الْعُلْيَا.[7]
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Amru bin Al Haitsam Abu Qaththan dan Abu An Nadlr mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Al Mas’udi dari Iyad bin laqith dari Abu Rimtsah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam beliau bersabda: “Yang paling berhak memberi adalah ibumu, bapakmu, saudara perempuanmu, dan saudara lelakimu, kemudian orang yang ada di bawahmu kebawah.” Seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, mereka itu adalah Bani Yarbu, orang yang telah membunuh si Fulan.” Beliau berkata: “Ketahuilah, janganlah seseorang membuat kecelakaan bagi orang lain.” Bapakku berkata: Abu An Nadlr berkata dalam haditsnya: aku masuk ke dalam masjid ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam sedang berkhutbah, beliau berkata: “orang yang paling berhak memberi. (HR. Ahmad)
4.            Penjelasan Hadits
Dalam Hadits di atas, dijelaskan bahwa ada seorang shahabat yang bertanya kepada Rasulullah SAW  tentang hal yang tidak diketahuinya, dan Rasulullah pun menjawab pertanyaan shahabat tersebut dengan bijaksana dan sesuai dengan kenyataan. Pada Hadits di atas juga menjelaskan agar suatu informasiyang didapatkan janganlah sepotong-sepotong karena akan berbahaya dan menimdulkan salah paham jika hanya menerima pelajaran atau informasi sepotong-sepotong.
Metode pengajaran yang dicontohkan Rasulullah adalah metode tanya jawab.  Dalam hal ini, guru dituntut memiliki pengetahuan yang cukus  agar  seorang guru jika ditanya oleh muridnya, Guru dapat memberikan jawaban yang tepat dan bijak terhadap pertanyaan-pertanyaan yang di tanyakan muridnya.

D.    Hadits Tentang Metode Diskusi
1.             Hadits Anas bin Malik tentang Metode Diskusi

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ وَحُمَيْدٌ الطَّوِيلُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ :قَالَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا. قاَلوُا: ياَ رَسوُلَ اللهِ، هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلوُمًا، فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟ قَالَ: تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ.(اخر جه مسلم في كتاب الظالم و الغصب)[8]
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Husyaim telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Abi Bakar bin Anas dan Humaid Ath-Thowil dia mendengar Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tolonglah saudaramu, yang berbuat zhalim (aniaya) atau yang dizhalimi.” Orang-orang bertanya, “Ya Rasulullah! Telah menjadi kewajiban kami menolong yang tertindas tetapi bagaimana mungkin kami menolong penindas?” Nabi Saw. bersabda,”(Tolong dia) dengan mencegahnya menindas orang lain.” (HR. Bukhari)
2.             Sanad dan Jalurnya
Hadits di atas dikatakan shahih, adapun jalur sanadnya diriwayatkan sebagai berikut :









Flowchart: Alternate Process: Anas bin Malik bin An Nadlir bin Dlamdlom bin Zaid bin Haram
Kalangan : Shahabat 
Kuniyah : Abu Hamzah





Flowchart: Alternate Process: Ubaidullah bin Abi Bakar bin Anas bi Malik
Kalangan : Tabi’in biasa 
Kuniyah : Abu Mu’adz






Flowchart: Alternate Process: Husyaim bin Basyir bin Al Qasim bin Dinar
Kalangan : Tabi’ul Atba’ tua Kuniyah : Abu Mu’awiyah






Flowchart: Alternate Process: Utsman bin Muhammad bin Ibrahim bin Utsman
Kalangan : Tabi’ul Atba’ tua 
Kuniyah : AbuAl Hasan
 














3.             Hadits Pembanding
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا. فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ. قَالَ: تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنْ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ.[9]
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahim telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami Husyaim Telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Abi Bakr bin Anas dari Anas radliallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tolonglah saudaramu baik ia zhalim atau dizhalimi.” Ada seorang laki-laki bertanya: “ya Rasulullah, saya maklum jika ia dizhalimi, namun bagaimana saya menolong padahal ia zhalim?” Nabi menjawab:“engkau mencegahnya atau menahannya dari kezhaliman, itulah cara menolongnya.”(HR. Bukhari)
4.             Penjelasan Hadits
Dalam Hadits Rasulullah menggunakan metode berdiskusi dengan para shahabat dalam memecahkan suatu persoalan, sehingga shahabat menemukan jawaban dari apa yang telah ditanyakannya kepada Rasulullah. Metode ini digunakan Rasulullah dalam situasi tertentu agar apa yang ingin disampaikan. Rasulullah dapat diterima dan dipahami oleh para shahabat.
IV.           KESIMPULAN
Dalam metode pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan hadits yang telah disampaikan Rasulullah di atas, bahwasanya Rosulullah dalam memberikan pelajaran atau pengajaran kepada murid-muridnya, Rasulullah menggunakan 3 metode, yaitu:
a.       Metode Ceramah
b.      Metode Tanya Jawab
c.       Metode Diskusi
Rasulullah menggunakan ke-3 metode tersebut dalam situasi dan kondisi yang sesuai.
V.               PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan upaya penyempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Abi Husain Muslim, Imam. Irsyadu as-Sari Tsirh Shahih Muslim Juz 4. Bairud-Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992.
Ahmad, Syahab al-rayyin Abi Abas. Irsyadu as-Sari Tsirh Shahih Bukhari Juz 5. Beirut-Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1992.
Az-Zabidi, Imam. Ringkasan Shahih Al-Bukhari. Bandung : Mizan. 1997.
Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem. Semarang : Rasail. 2008.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2010.


[1] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010) , hlm. 76
[2] Nana Sudjana, Hlm. 76
[3] Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang : Rasail, 2008), Hlm. 19
[4] Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, (Bandung : Mizan, 1997), Hlm. 435-436

[6] Imam Abi Husain Muslim ibn Hajjaj, Irsyadu as-Sari Tsirh Shahih Muslim Juz 4, (Bairud-Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992), Hlm. 1974.
[8] Imam Syahab al-rayyin Abi Abas Ahmad ibn Muhammad al-Tsafi”i al-Qastholani, Irsyadu as-Sari Tsirh Shahih Bukhari Juz 5, (Beirut-Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992), Hlm. 450
[9] Imam Az-Zabidi, Hlm. 447