METODE
PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN II
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Hadits (TM-4B)
Dosen Pengampu:
Drs. Ikhrom, M.Ag.

Disusun Oleh :
Luthfiyatul
Hiqmah (113511048)
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
Pendahuluan
Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam meengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu,
peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan
belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh sebagai kegiatan belajar siswa
sehungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptalah interaksi
edukatif. Dalam interaksi ini, guru
berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai
penerima. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif
dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah
metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.[1]
II.
POKOK
MASALAH
A.
Apa macam-macam
metode pengajaran?
B.
Bagaimana
hadits tentang metode cerita?
C.
Bagaimana
hadits tentang metode tanya jawab?
D.
Bagaimana
hadits tentang metode diskusi?
III.
PEMBAHASAN
A.
Macam-Macam
Metode Pengajaran
Proses pembelajaran yang baik hendaknya menggunakan metode secara
bergantian sesuai situasi dan kondisi. Tugas guru adalah memilih diantara ragam
metode yang tepat untuk menciptakan
suatu iklim pembelajaran kondusif. Ketepatan menggunakan metode tersebut sangat
bergantung pada tujuan pembelajaran.[2]
Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode pembelajaran ada
yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat
digunakan untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada yang tepat digunakan di dalam
kelas atau di luar kelas.
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat metode-metode
pembelajaran yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses
pembelajaran. Diantaranya yaitu :
1.
Metode
Ceramah
Adalah penentu bahan pelajaran secara lisan. Guru memberi
penjelasan kepada siswa pada waktu tertentu dan tempat tertentu
pula.dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberi pengertian terhadap suatu
masalah.[3]
2.
Metode
Tanya Jawab
Adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab
pada saat yang sama terjadi dialog antar guru dan siswa. Guru bertanya, siswa
menjawab atau siswa bertanya, guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat
adanya timbal balik.
3.
Diskusi
Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan
unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian
bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi, tiap orang
diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham
yang dibina bersama. Dengan sumbangan tiap orang, kelompok diharapkan akan maju
dari satu pikiran ke pikiran yang lain, langkah demi langkah sampai kepaham
yang terakhir sebagai hasil karya bersama.
B.
Hadits
Tentang Metode Cerita (Kisah)
1.
Hadits
Abu Hurairah tentang Metode Cerita (Kisah)
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ .أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي،
فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ، فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا، ثُمَّ خَرَجَ
فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ، يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ، فَقَالَ:
لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي، فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ
أَمْسَكَهُ بِفِيهِ، ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ
فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ
أَجْرًا قَالَ: فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ
أَجْرٌ.
)أخر جه البارى فى كتاب المسقاة ) [4]
Artinya
:
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Sumayya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu anhu
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ada seorang laki-laki
yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang sangat sehingga dia turun
ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika dia keluar
didapatkannya seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilat-jilat
tanah karena kehausan. Orang itu berkata: “Anjing ini sedang kehausan seperti
yang aku alami tadi”. Maka dia (turun kembali ke dalam sumur) dan diisinya
sepatunya dengan air dan sambil menggigit sepatunya dengan mulutnya dia naik
keatas lalu memberi anjing itu minum. Kemudian dia bersyukur kepada Allah maka
Allah mengampuninya.”Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita akan
dapat pahala dengan berbuat baik kepada hewan?” Beliau shallallahu alaihi
wasallam menjawab: “Terhadap setiap makhluk bernyawa diberi pahala.”(HR. Bukhari)
2.
Sanad
dan Jalurnya
Sanad dan jalur hadist di atas sebagai
berikut :
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
3.
Hadits
Pembanding
Hadist riwayat Imam Muslim
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ
سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ .أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ
عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ
فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ
لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي
فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى
رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي هَذِهِ الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا. فَقَالَ: فِي كُلِّ
كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ.[5]
Artinya :
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik bin Anas dari apa yang
telah dibacakan kepadanya dari Sumayya budak Abu Bakr dari Abu Shalih As Samman
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:
“Pada suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan melalui sebuah jalan,
lalu dia merasa sangat kehausan. Kebetulan dia menemukan sebuah sumur, maka dia
turun ke sumur itu untuk minum. Setelah keluar dari sumur, dia melihat seekor
anjing menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu
berkata dalam hatinya: “Alangkah hausnya anjing itu, seperti yang baru ku
alami.”Lalu dia turun kembali ke sumur, kemudian dia menciduk air dengan
sepatunya, dibawanya ke atas dan diminumkannya kepada anjing itu. Maka Allah
berterima kasih kepada orang itu (diterima-Nya amalnya) dan diampuni-Nya
dosanya. Para sahabat bertanya: ”Ya Rasulullah! Dapat pahalakah kami bila
menyayangi hewan-hewan ini?” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Menyayangi setiap makhluk hidup adalah berpahala.”(HR. Muslim)
4.
Penjelasan
Hadits
Dalam hadits di atas terlihat bahwa Rasulullah bercerita kepada
para sahabatnya, sehingga para sahabat merasa tertarik terhadap cerita
Rasulullah. Metode bercerita yang dilakukan Rasulullah ini dijadikan metode
pembelajaran. Metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang menarik pada anak
didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat baik dan menjauhi
perbuatan buruk.
C.
Hadits
Tentang Metode Tanya Jawab
1.
Hadits
Abu Hurairah tentang Metode Tanya Jawab
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ
الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُمَارَةَ
بْنِالْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:قَالَ
رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ، قَالَ:
أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أَبُوكَ، ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ.
(اخر جه مسلم في كتاب البر و الصلة و الاداب)[6]
Artinya :
Telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al A’laa Al Mahdani, Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail dari Bapaknya dari Umarah bin Al Qa’qa’
dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah seorang laki-laki seraya berkata: “Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak dengan kebaktianku?” Beliau
menjawab: “Ibumu, lalu Ibumu, lalu Ibumu, kemudian bapakmu, kemudian orang yang
terdekat denganmu dan seterusnya.”(HR.
Muslim)
2.
Sanad
dan Jalurnya
Sanad dan jalur hadist di atas sebagai
berikut ::
![]() |
||||
![]() |
||||
![]() |
||||
![]() |
||||
![]() |
||||
3.
Hadits
Pembanding
Hadits riwayat imam Ahmad
حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ الْهَيْثَمِ أَبُو قَطَنٍ وَأَبُو النَّضْرِ قَالَا حَدَّثَنَا
الْمَسْعُودِيُّ عَنْ إِيَادِ بْنِ لَقِيطٍ عَنْ أَبِي رِمْثَةَ .عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَدُ الْمُعْطِي الْعُلْيَا أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ
وَأَخَاكَ، ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ. وَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
هَؤُلَاءِ بَنُو يَرْبُوعٍ قَتَلَةُ فُلَانٍ. قَالَ: أَلَا لَا تَجْنِي نَفْسٌ
عَلَى أُخْرَى. وَ قَالَ:أَبِي قَالَ أَبُو النَّضْرِ فِي حَدِيثِهِ دَخَلْتُ
الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ
وَيَقُولُ يَدُ الْمُعْطِي الْعُلْيَا.[7]
Artinya :
Telah
menceritakan kepada kami Amru bin Al Haitsam Abu Qaththan dan Abu An Nadlr
mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Al Mas’udi dari Iyad bin laqith
dari Abu Rimtsah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam beliau bersabda: “Yang
paling berhak memberi adalah ibumu, bapakmu, saudara perempuanmu, dan saudara
lelakimu, kemudian orang yang ada di bawahmu kebawah.” Seorang laki-laki
berkata: “Wahai Rasulullah, mereka itu adalah Bani Yarbu, orang yang telah
membunuh si Fulan.” Beliau berkata: “Ketahuilah, janganlah seseorang membuat
kecelakaan bagi orang lain.” Bapakku berkata: Abu An Nadlr berkata dalam
haditsnya: aku masuk ke dalam masjid ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Salam sedang berkhutbah, beliau berkata: “orang yang paling berhak memberi.” (HR. Ahmad)
4.
Penjelasan
Hadits
Dalam
Hadits di atas, dijelaskan bahwa ada seorang shahabat yang bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang hal yang tidak
diketahuinya, dan Rasulullah pun menjawab pertanyaan shahabat tersebut dengan
bijaksana dan sesuai dengan kenyataan. Pada Hadits di atas juga menjelaskan
agar suatu informasiyang didapatkan janganlah sepotong-sepotong karena akan
berbahaya dan menimdulkan salah paham jika hanya menerima pelajaran atau informasi
sepotong-sepotong.
Metode
pengajaran yang dicontohkan Rasulullah adalah metode tanya jawab. Dalam hal ini, guru dituntut memiliki
pengetahuan yang cukus agar seorang guru jika ditanya oleh muridnya, Guru
dapat memberikan jawaban yang tepat dan bijak terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang di tanyakan muridnya.
D.
Hadits
Tentang Metode Diskusi
1.
Hadits
Anas bin Malik tentang Metode Diskusi
حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ وَحُمَيْدٌ الطَّوِيلُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ :قَالَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا. قاَلوُا:
ياَ رَسوُلَ اللهِ، هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلوُمًا، فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟
قَالَ: تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ.(اخر جه مسلم في كتاب الظالم و الغصب)[8]
Artinya :
Telah
menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami
Husyaim telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Abi Bakar bin Anas dan
Humaid Ath-Thowil dia mendengar Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tolonglah saudaramu, yang
berbuat zhalim (aniaya) atau yang dizhalimi.” Orang-orang bertanya, “Ya
Rasulullah! Telah menjadi kewajiban kami menolong yang tertindas tetapi bagaimana
mungkin kami menolong penindas?” Nabi Saw. bersabda,”(Tolong dia) dengan
mencegahnya menindas orang lain.”
(HR. Bukhari)
2.
Sanad
dan Jalurnya
Sanad dan jalur hadist di atas sebagai berikut :
![]() |
||
![]() |
||
![]() |
|
![]() |
3.
Hadits
Pembanding
Hadits riwayat Bukhari
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ :قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا
أَوْ مَظْلُومًا. فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ
مَظْلُومًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ. قَالَ:
تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنْ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ.[9]
Artinya :
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahim telah menceritakan kepada kami
Sa’id bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami Husyaim Telah mengabarkan
kepada kami Ubaidullah bin Abi Bakr bin Anas dari Anas radliallahu ‘anhu mengatakan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tolonglah saudaramu baik ia
zhalim atau dizhalimi.” Ada seorang laki-laki bertanya: “ya Rasulullah, saya
maklum jika ia dizhalimi, namun bagaimana saya menolong padahal ia zhalim?”
Nabi menjawab:“engkau mencegahnya atau menahannya dari kezhaliman, itulah cara
menolongnya.”(HR. Bukhari)
4.
Penjelasan
Hadits
Dalam
hadits Rasulullah menggunakan metode berdiskusi dengan para shahabat dalam
memecahkan suatu persoalan, sehingga shahabat menemukan jawaban dari apa yang
telah ditanyakannya kepada Rasulullah. Metode ini digunakan Rasulullah dalam
situasi tertentu agar apa yang ingin disampaikan. Rasulullah dapat diterima dan
dipahami oleh para shahabat.
IV.
KESIMPULAN
Dalam metode pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan hadits
yang telah disampaikan Rasulullah di atas, bahwasanya Rosulullah dalam
memberikan pelajaran atau pengajaran kepada murid-muridnya, Rasulullah
menggunakan 3 metode, yaitu:
a.
Metode
Ceramah
b.
Metode
Tanya Jawab
c.
Metode
Diskusi
Rasulullah menggunakan ke-3 metode tersebut dalam situasi dan
kondisi yang sesuai.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih memerlukan upaya penyempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Husain Muslim, Imam. Irsyadu as-Sari Tsirh Shahih Muslim Juz
4. Bairud-Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992.
Ahmad, Syahab al-rayyin Abi Abas. Irsyadu as-Sari Tsirh Shahih
Bukhari Juz 5. Beirut-Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1992.
Az-Zabidi, Imam. Ringkasan Shahih Al-Bukhari. Bandung :
Mizan. 1997.
Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem.
Semarang : Rasail. 2008.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung
: Sinar Baru Algensindo. 2010.
[1] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung
: Sinar Baru Algensindo, 2010) , hlm. 76
[2] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 76
[3] Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem,
(Semarang : Rasail, 2008), hlm. 19
[6] Imam Abi Husain Muslim ibn Hajjaj, Irsyadu as-Sari Tsirh Shahih
Muslim Juz 4, (Bairud-Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992), Hlm. 1974.
[8] Imam Syahab al-rayyin Abi Abas Ahmad ibn Muhammad al-Tsafi”i
al-Qastholani, Irsyadu as-Sari Tsirh Shahih Bukhari Juz 5,
(Beirut-Libanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992), Hlm. 450
[9] Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, hlm. 447














Tidak ada komentar:
Posting Komentar