Rabu, 18 Februari 2015

Teori Minat Belajar

1.      Minat Belajar
a.       Pengertian Minat
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
Hilgard mengatakan: interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or conten. Dengan demikian, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan termasuk belajar yang diminati peserta didik, akan diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang.[1]
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan anak didik lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat pula dimanipulasikan melalui partispasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap suatu subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.[2]
b.      Unsur-Unsur Minat Belajar
Minat mengandung unsur-unsur kognitif (mengenal), emosi (perasaan) dan konasi (kehendak). Oleh karena itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai apa-apa. Unsur kogintif maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut unsur emosi, karena dalam partispasi dan pengalaman itu disertai oleh rasa tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan kemauan dan hasrat untuk melakukan seuatu kegiatan,[3] termasuk kegiatan untuk meneyelesaikan soal matematika.
1)      Perasaan
Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri.[4] Perasaan banyak mendasari dan juga mendorong tingkah laku manusia.
Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal, artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, mengkhayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Oleh karena itu, perasaan senang yang dimiliki peserta didik akan menumbuhkan minat yang didukung dengan perilaku positif. Sedangkan jika perasaan tidak senang yang timbul, maka akan menghambat kegiatan belajar.
Perasaan emosional merupakan perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan probem-problem yang dihadapi. Misalnya rasa senang yang dialami oleh seseorang yang dapat menyelesaikan soal ujian (perasaan emosional senang), atau perasaan kecewa yang dialami oleh seseorang yang sama sekali dapat mengerjakan soal ujian.[5]
2)      Perhatian
Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu sekumpulan objek. Kalau individu sedang memerhatikan suatu benda misalnya, ini berarti seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan pada benda tersebut.[6]
Perhatian juga merupakan salah satu unsur yang penting untuk mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini berpengaruh juga pada minat yang dimiliki peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Sumardi Suryabrata, perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.[7]
Seseorang yang memiliki minat pada suatu kegiatan pasti akan menaruh semua perhatian pada kegiatan tersebut. Oleh karena itu, peserta didik yang tidak memiliki perhatian pada suatu mata pelajaran maka tidak ada minat pada dirinya. Seorang siswa memiliki minat terhadap mata pelajaran matematika maka ia menaruh perhatiannya saat pembelajaran matematika termasuk menyelesaikan soal matematika.
3)      Motif
Motif adalah segala sesuatu yang mendorong untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.[8]
Minat merupakan faktor yang berpengaruh secara signitifikan terhadap keberhasilan belajar. Hal ini dikarenakan minat merupakan unsur penggerak motivasi peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat berkonsentrasi terhadap kegiatan belajar.
c.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar. Pertama, minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan perkembangan individu bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua dan kebiasaan atau adat.
Sebab timbulnya minat pada diri seseorang kepada dua macam, yaitu minat spontan dan minat terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Adapun minat terpola adalah minat yang timbulsebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar dan mengajar, baik di lembaga sekolah maupun luar sekolah.[9]
d.      Membangkitkan Minat Belajar Siswa
Membangkitkan minat belajar siswa merupakan tugas guru yang mana guru harus benar-benar bisa menguasai semua ketrampilan yang menyangkut pengajaran, terutama ketrampilan dalam bervariasi, ketrampilan ini sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar, jika seorang guru tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan bosan dan jenuh terhadap pelajaran. Untuk mengatasi hal-hal itu tersebut guru hendaklah menggunakan variasi dalam gaya belajar, jika sudah begitu hasil belajarun sangat memuaskan.[10] Selain guru, orang tua juga harus meningkatkan minat anaknya dalam belajar dengan cara menemaninya ketika belajar. Karena apabila tidak ditemani, maka siswa akan cepat merasa bosan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah orang tua harus memberi perhatian penuh terhadap kegiatan belajar anak dengan cara membiasakan anak belajar rutin dan sedikit demi sedikit.[11]


[1] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan..., hlm. 130.
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 93.
[3] Muhammad Fathurrohman dan Sulistirini, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Teras, 2012), hlm. 175.
[4] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidik, (Jakarta: Rineka Ilmu, 1990), hlm. 37.
[5] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan.., edi.V, hlm. 68.
[6] Baharuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010), hlm.178.
[7]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1998), hlm. 14.
[8] Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 60.
[9] Ahmad Susanto, Teori Belajar..., hlm. 60-61.
[10] Muhammad Fathurrohman dan Sulistirini, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 175-176.
[11] Muhammad Fathurrohman dan Sulistirini, Belajar dan Pembelajaran.., hlm. 182-183.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar