1.
Minat Belajar
a.
Pengertian Minat
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak
termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak
pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
Hilgard mengatakan: interest is persisting tendency to pay
attention to and enjoy some activity or conten. Dengan demikian, minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan termasuk belajar yang diminati peserta didik, akan
diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang.[1]
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukkan anak didik lebih menyukai suatu hal daripada yang
lainnya, dapat pula dimanipulasikan melalui partispasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap suatu subjek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat
yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk
mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat
belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk
menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang
dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang
tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang
rendah.[2]
b.
Unsur-Unsur Minat Belajar
Minat mengandung unsur-unsur kognitif (mengenal), emosi (perasaan)
dan konasi (kehendak). Oleh karena itu, minat dapat dianggap sebagai respon
yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai apa-apa.
Unsur kogintif maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan
informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut unsur emosi, karena
dalam partispasi dan pengalaman itu disertai oleh rasa tertentu, seperti rasa
senang, sedangkan unsur konasi merupakan kemauan dan hasrat untuk melakukan
seuatu kegiatan,[3]
termasuk kegiatan untuk meneyelesaikan soal matematika.
1)
Perasaan
Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil
bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang
berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri.[4]
Perasaan banyak mendasari dan juga mendorong tingkah laku manusia.
Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal, artinya
perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, mengkhayalkan,
mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Oleh karena itu, perasaan senang yang
dimiliki peserta didik akan menumbuhkan minat yang didukung dengan perilaku
positif. Sedangkan jika perasaan tidak senang yang timbul, maka akan menghambat
kegiatan belajar.
Perasaan emosional merupakan perasaan yang bersangkutan dengan
kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan probem-problem yang dihadapi.
Misalnya rasa senang yang dialami oleh seseorang yang dapat menyelesaikan soal
ujian (perasaan emosional senang), atau perasaan kecewa yang dialami oleh
seseorang yang sama sekali dapat mengerjakan soal ujian.[5]
2)
Perhatian
Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada suatu sekumpulan objek. Kalau individu sedang
memerhatikan suatu benda misalnya, ini berarti seluruh aktivitas individu
dicurahkan atau dikonsentrasikan pada benda tersebut.[6]
Perhatian juga merupakan salah satu unsur yang penting untuk
mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini berpengaruh juga pada minat yang
dimiliki peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Sumardi
Suryabrata, perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu
aktivitas yang dilakukan.[7]
Seseorang yang memiliki minat pada suatu kegiatan pasti akan
menaruh semua perhatian pada kegiatan tersebut. Oleh karena itu, peserta didik
yang tidak memiliki perhatian pada suatu mata pelajaran maka tidak ada minat
pada dirinya. Seorang siswa memiliki minat terhadap mata pelajaran matematika
maka ia menaruh perhatiannya saat pembelajaran matematika termasuk
menyelesaikan soal matematika.
3)
Motif
Motif adalah segala sesuatu yang mendorong untuk bertindak
melakukan sesuatu. Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau
perangsang.[8]
Minat merupakan faktor yang berpengaruh secara signitifikan
terhadap keberhasilan belajar. Hal ini dikarenakan minat merupakan unsur
penggerak motivasi peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat berkonsentrasi
terhadap kegiatan belajar.
c.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang
timbul karena adanya pengaruh dari luar. Pertama, minat yang berasal
dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya
dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat yang
timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan
perkembangan individu bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, dorongan orang tua dan kebiasaan atau adat.
Sebab timbulnya minat pada diri seseorang kepada dua macam, yaitu
minat spontan dan minat terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara
spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Adapun
minat terpola adalah minat yang timbulsebagai akibat adanya pengaruh dari
kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar
dan mengajar, baik di lembaga sekolah maupun luar sekolah.[9]
d.
Membangkitkan Minat Belajar Siswa
Membangkitkan minat belajar siswa merupakan tugas guru yang mana
guru harus benar-benar bisa menguasai semua ketrampilan yang menyangkut
pengajaran, terutama ketrampilan dalam bervariasi, ketrampilan ini sangat
mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar,
jika seorang guru tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan bosan dan
jenuh terhadap pelajaran. Untuk mengatasi hal-hal itu tersebut guru hendaklah
menggunakan variasi dalam gaya belajar, jika sudah begitu hasil belajarun
sangat memuaskan.[10]
Selain guru, orang tua juga harus meningkatkan minat anaknya dalam belajar
dengan cara menemaninya ketika belajar. Karena apabila tidak ditemani, maka
siswa akan cepat merasa bosan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah orang tua
harus memberi perhatian penuh terhadap kegiatan belajar anak dengan cara
membiasakan anak belajar rutin dan sedikit demi sedikit.[11]
[1]
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan..., hlm. 130.
[2]
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), hlm. 93.
[3]
Muhammad Fathurrohman dan Sulistirini, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta:
Teras, 2012), hlm. 175.
[4]
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidik,
(Jakarta: Rineka Ilmu, 1990), hlm. 37.
[5]
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan.., edi.V, hlm. 68.
[6] Baharuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi
Teoritis Terhadap Fenomena, (jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010), hlm.178.
[7]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali,
1998), hlm. 14.
[8]
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1990), hlm. 60.
[9]
Ahmad Susanto, Teori Belajar..., hlm. 60-61.
[10]
Muhammad Fathurrohman dan Sulistirini, Belajar dan Pembelajaran..., hlm.
175-176.
[11]
Muhammad Fathurrohman dan Sulistirini, Belajar dan Pembelajaran.., hlm.
182-183.