Jumat, 27 Juni 2014

AIR


   air dari sudut pandang agama dan sains.
Dalam agama islam, air dalam bahasa arab berasal dari kata ma’un, menurut Muhammad Abd al-Qadir al-Faqqi, kata ma’ ditemukan dalam banyak ayat dalam Al-Quran. Namun kata ma’ dalam Al-Quran mempunyai lebih dari satu makna (lafaz musytarak), sehingga kata ma’ digunakan untuk menunjukan bermacam-macam makna. Misalnya kata ma’ digunakan untuk sperma laki-laki seperti pada surat At-Thariq ayat 5-7, kata ma’ dalam surat Al-Kahfi ayat 29 yang menunjukan kata ma’ untuk zat nuklir (air seperti besi yang mendidih dan menghanguskan muka).[1] Selain ditunjukan dengan kata ma’ dalam Al-Quran juga disebutkan dengan beberapa kata misalnya al-bahr (laut), anhar (telaga), alghaits (siraman), midraran (hujan deras), matharan (hujan), istasqa (siraman), syarab (minuman), bardan (dingin).[2]Meskipun dinyatakan dalam banyak kata air tetap mempunyai bentuk yang sama yaitu berupa zat cair.
Dalam KBBI, air merupakan cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang terdapat dan diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen.[3]
Dari segi sains, air adalah suatu zat cair dengan rumus kimia H2O, yang terdiri dari dua unsur H (hidrogen) dan satu unsur O (oksigen). Secara umum air tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Setiap makhluk hidup pasti membutuhkan air.Jika tanpa air maka makhluk hidup tidak akan hidup. Demikianlah Allah SWT menciptakan air sebagai unsur terpenting dalam penciptaan makhluk-Nya. Dalam sebuah penelitian air yang berada di dalam tubuh manusia berkisar antara 50%-70% dari seluruh berat badan. Air yang ada di dalam organ, seperti 80 % darah terdiri dari air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 70% dari otot adalah air. Kehilangan airsampai 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian.[4] Agar tidak kekurangan air setiap manusia (dewasa) perlu minum 1.5 – 2 liter setiap hari agar cairan dalam tubuh tetap seimbang.
Total volume air di bumi adalah 1.36 milyar km3. Dalam prosentase terdiri dari 97.23 % air laut, 2.15% adalah es dan salju, 0.62% air tawar yang terdapat di daratan (danau, sungai, atmosfer, dan air tanah). Sedangkan yang berbentuk es 37.8 juta km3 di puncak-puncak gunung dalam bentuk glatser (77.3%). Air tanah dan resapan 22.4%, air danau dan rawa-rawa 0.35%, uap air di atmosfer 0.04% dan air sungai 0.01%.[5]



[1]Azyumardi, Azra.2008. Kajian Tematik Al-Qur’an Tentang Ketuhanan. Bandung: Angkasa Grup. hlm.136.
[2]Mufid, Sofyan Anwar. 2010.Ekologi manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm.154.
[3] KBBI
[4] Anggota IKAPI. 2009.Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm.84.
[5]Mufid, Sofyan Anwar. 2010.Ekologi Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm.155.

Rabu, 25 Juni 2014

tayamum

A. Arti Definisi / Pengertian Tayamum
Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan tayamum.
Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.
Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab lain seperti yang membatalkan wudu dengan air.
B. Sebab / Alasan Melakukan Tayamum :
- Dalam perjalanan jauh
- Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
- Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
- Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan
- Air yang ada hanya untuk minum
- Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat
- Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
- Sakit dan tidak boleh terkena air
C. Syarat Sah Tayamum :
- Telah masuk waktu salat
- Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
- Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum
- Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
- Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
- Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh
D. Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayamum :
- Membaca basmalah
- Menghadap ke arah kiblat
- Membaca doa ketika selesai tayamum
- Medulukan kanan dari pada kiri
- Meniup debu yang ada di telapak tangan
- Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku
E. Rukun Tayamum :
- Niat Tayamum.
- Menyapu muka dengan debu atau tanah.
- Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.
F. Tata Cara / Praktek Tayamum :
- Membaca basmalah
- Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
- Niat tayamum : Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati fardhollillahi ta'aala (Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena Allah Ta'ala).
- Mengusap telapak tangan ke muka secara merata
- Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan
- Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
- Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri

Jumat, 06 Juni 2014

siklus hujan



Siklus Hujan
Siklus air yang terjadi di bumi tidak akan terjadi apabila tidak ada hujan. Proses terjadinya hujan itu sangat berkaitan erat dengan adanya lautan. Pembahasan siklus air pada intinya adalah pembahasan proses terjadinya hujan. Siklus hujan ini dimulai dengan adanya air laut yang menguap akibat panas sinar matahari yang biasa disebut dengan proses evaporasi. Uap air tersebut kemudian akan naik ke langit hingga ke lapisan terbawah dari atmosfer yaitu troposfer. Lapisan troposfer terletak pada ketinggian 13-15 km dari permukaan laut, tergantung pada iklim di kawasan itu.
Allah SWT telah memberikan kesempatan kepada uap air yang naik ke langit tersebut dengan proses pendinginan secara bertahap. Uap air tersebut kemudian tertiup oleh angin, kemudian berkumpul membentuk awan, dan kemudian mengalami pendinginan.  Awan yang sudah mengalami pendinginan tersebut akan terbawa oleh angin ke daratan yang mempunyai gravitasi relatif lebih besar dibandingkan dengan di lautan. Awan yang semakin dingin itu semakin lama akan mengembun, dan akibat beratnya sebagai embun kemudian akan jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Tanpa lapisan troposfer yang memiliki ciri khas sifat fisika ini, uap air yang naik ke langit ini mungkin akanhilang begitu saja.[1]
Hujan yang turun ke bumi itu sebagian ada yang ditampung oleh manusia dan ada yang jatuh ketanah. Dalam tanah, air mengalami pergerakan yang merupakan bagian dari siklus hidrologi. Pergerakan air tanah pada umumnya terjadi sangat lambat atau dalam kondisi laminer yang dapat dianalisa menggunakan hukum Darcy.[2] Air yang berada dalam tanah tersebut akan terus bergerak dan mengalir hingga mencapai batuan landas yang mengalir ke tempat yang lebih dalam dan rendah. Dari semua air yang jatuh di bumi pada akhirnya akan kembali ke laut.
Sebelum terjadinya hujan biasanya kita sering melihat kilatan petir. Kilatan-kilatan petir tersebut mempunya manfaat. Menurut Al-Quran Surat Al-Ra’d (13): 12, kilatan petir tersebut memiliki dua manfaat yaitu, menimbulkan ketakutan, dan memberikan harapan.
هُوَ ٱلَّذِي يُرِيكُمُ ٱلۡبَرۡقَ خَوۡفٗا وَطَمَعٗا وَيُنشِئُ ٱلسَّحَابَ ٱلثِّقَالَ ١٢
Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung(QS. Al-Ra’d: 12)
Untuk manfaat yang pertama yaitu menimbulkan ketakutan tentunya sudah jelas. Sedangkan untuk yang kedua, menimbulkan harapan biasanya difahami karena keberadaan petir yang menyambar merupakan pertanda akan adanya hujan yang diharap-harapkan. Dari pandangan sains petir yang menyambar dengan muatan listrik puluhanribu volt ternyata menyebabkan terbentuknya penyeimbangan berlanjut yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia di bumi. Sudah kita ketahui bahwa uap air yang naik dari permukaan laut akan menghasilkan air murni melalui proses distilasi. Air hujan yang murni merupakan pelarut yang akan menjadi katalisator reaksi bahan-bahan kimia yang ada di bumi.
Petir yang menyambar dapat menghasilkan tegangan yang sangat tinggi dan dapat menaikkan suhu udara disekitarnya. Temperatur yang sangat tinggi ini memungkinkan terjadinya suatu reaksi elektro-kimia pada unsur-unsur yang melayang pada atmosfer, seperti nitrogen dan oksigen di udara. Reaksi ini akan menghasilkan senyawa nitrat (NO3) yang akan terbawa turun bersama hujan. Senyawa nitrat ini sangat bermanfaat bagi tanah karena senyawa ini mengandung nitrogen yanag dapat menyuburkan tanah. Senyawa nitrogen juga sangat bermanfaat untuk tumbuhan, namun tumbuhan sulit untuk mendapatkan nitrogen langsung dari udara.
Hujan merupakan karunia dari Allah yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk yang ada di bumi. Dalam Al-Quran Surat Al-Thariq (86): 11
 وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلرَّجۡعِ ١١
Demi langit yang mempunyai kemampuan mengembalikan.”
Para ahli tafsir menafsirkan “Demi langit yang dapat menurunkan hujan”. Ar-Raj’u ditafsirkan sebagai hujan. Dilain pihak proses terjadinya hujan memang menunjukkan bahwa uap nair yang berasal dari laut kemudian “dikembalikan” oleh langit yang memiliki kapasitas mengembalikan (capacity of return). Siklus air ini memang merupakan anugrah Allah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Tanpa adanya siklus air,banyak bangkai makhluk hidup dan sampah tentu akan mencemari air yang ada di bumi. Sehingga dapat menimbulkan dampak yang tidak sehat bagi kehidupan dan merusak ekosistem yang ada di bumi. Jumlah air di bumi ini mempunyai kadar yang sesuai dengan kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam proses terjadinya hujan Allah telah mengatur jumlah air yang menguap yang akhirnya menjadi air hujan dan sebagian yang masih ditahan oleh gravitasi bumi untuk tetap berada dalam lautan untuk mempertahankan suhu bumi serta sebagai tempat hidup ekosistem yang ada dalam laut. Semua itu sudah ditakar oleh Allah secara rapi dan teratur. Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Mu’minun (23): 18.
وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ بِقَدَرٖ فَأَسۡكَنَّٰهُ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابِۢ بِهِۦ لَقَٰدِرُونَ ١٨
Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.
Kerapian ciptaan Allah SWT, yang teratur dengan ukuran-ukuran yang presisi tidak hanya masalah air, melainkan atas segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya. Kadar air yang sesuai dengan ukurannya ini harus kita syukuri, karena Allah berkuasa untuk menghilangkannya dari bumi ini.[3]


[1] Agus S. Djamil. 2012.Al-Quran Menyelami Rahasia Lautan. Bandung: Mizan, Hlm. 91.
[2] Suprihanto Notodarmojo. 2005.Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung: ITB. Hlm. 273.
[3] Agus S, Djamil. 2012. Al-Quran Menyelami Rahasia Lautan, Bandung: Mizan, hal. 92-93.