Jumat, 06 Juni 2014

siklus hujan



Siklus Hujan
Siklus air yang terjadi di bumi tidak akan terjadi apabila tidak ada hujan. Proses terjadinya hujan itu sangat berkaitan erat dengan adanya lautan. Pembahasan siklus air pada intinya adalah pembahasan proses terjadinya hujan. Siklus hujan ini dimulai dengan adanya air laut yang menguap akibat panas sinar matahari yang biasa disebut dengan proses evaporasi. Uap air tersebut kemudian akan naik ke langit hingga ke lapisan terbawah dari atmosfer yaitu troposfer. Lapisan troposfer terletak pada ketinggian 13-15 km dari permukaan laut, tergantung pada iklim di kawasan itu.
Allah SWT telah memberikan kesempatan kepada uap air yang naik ke langit tersebut dengan proses pendinginan secara bertahap. Uap air tersebut kemudian tertiup oleh angin, kemudian berkumpul membentuk awan, dan kemudian mengalami pendinginan.  Awan yang sudah mengalami pendinginan tersebut akan terbawa oleh angin ke daratan yang mempunyai gravitasi relatif lebih besar dibandingkan dengan di lautan. Awan yang semakin dingin itu semakin lama akan mengembun, dan akibat beratnya sebagai embun kemudian akan jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Tanpa lapisan troposfer yang memiliki ciri khas sifat fisika ini, uap air yang naik ke langit ini mungkin akanhilang begitu saja.[1]
Hujan yang turun ke bumi itu sebagian ada yang ditampung oleh manusia dan ada yang jatuh ketanah. Dalam tanah, air mengalami pergerakan yang merupakan bagian dari siklus hidrologi. Pergerakan air tanah pada umumnya terjadi sangat lambat atau dalam kondisi laminer yang dapat dianalisa menggunakan hukum Darcy.[2] Air yang berada dalam tanah tersebut akan terus bergerak dan mengalir hingga mencapai batuan landas yang mengalir ke tempat yang lebih dalam dan rendah. Dari semua air yang jatuh di bumi pada akhirnya akan kembali ke laut.
Sebelum terjadinya hujan biasanya kita sering melihat kilatan petir. Kilatan-kilatan petir tersebut mempunya manfaat. Menurut Al-Quran Surat Al-Ra’d (13): 12, kilatan petir tersebut memiliki dua manfaat yaitu, menimbulkan ketakutan, dan memberikan harapan.
هُوَ ٱلَّذِي يُرِيكُمُ ٱلۡبَرۡقَ خَوۡفٗا وَطَمَعٗا وَيُنشِئُ ٱلسَّحَابَ ٱلثِّقَالَ ١٢
Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung(QS. Al-Ra’d: 12)
Untuk manfaat yang pertama yaitu menimbulkan ketakutan tentunya sudah jelas. Sedangkan untuk yang kedua, menimbulkan harapan biasanya difahami karena keberadaan petir yang menyambar merupakan pertanda akan adanya hujan yang diharap-harapkan. Dari pandangan sains petir yang menyambar dengan muatan listrik puluhanribu volt ternyata menyebabkan terbentuknya penyeimbangan berlanjut yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia di bumi. Sudah kita ketahui bahwa uap air yang naik dari permukaan laut akan menghasilkan air murni melalui proses distilasi. Air hujan yang murni merupakan pelarut yang akan menjadi katalisator reaksi bahan-bahan kimia yang ada di bumi.
Petir yang menyambar dapat menghasilkan tegangan yang sangat tinggi dan dapat menaikkan suhu udara disekitarnya. Temperatur yang sangat tinggi ini memungkinkan terjadinya suatu reaksi elektro-kimia pada unsur-unsur yang melayang pada atmosfer, seperti nitrogen dan oksigen di udara. Reaksi ini akan menghasilkan senyawa nitrat (NO3) yang akan terbawa turun bersama hujan. Senyawa nitrat ini sangat bermanfaat bagi tanah karena senyawa ini mengandung nitrogen yanag dapat menyuburkan tanah. Senyawa nitrogen juga sangat bermanfaat untuk tumbuhan, namun tumbuhan sulit untuk mendapatkan nitrogen langsung dari udara.
Hujan merupakan karunia dari Allah yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk yang ada di bumi. Dalam Al-Quran Surat Al-Thariq (86): 11
 وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلرَّجۡعِ ١١
Demi langit yang mempunyai kemampuan mengembalikan.”
Para ahli tafsir menafsirkan “Demi langit yang dapat menurunkan hujan”. Ar-Raj’u ditafsirkan sebagai hujan. Dilain pihak proses terjadinya hujan memang menunjukkan bahwa uap nair yang berasal dari laut kemudian “dikembalikan” oleh langit yang memiliki kapasitas mengembalikan (capacity of return). Siklus air ini memang merupakan anugrah Allah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Tanpa adanya siklus air,banyak bangkai makhluk hidup dan sampah tentu akan mencemari air yang ada di bumi. Sehingga dapat menimbulkan dampak yang tidak sehat bagi kehidupan dan merusak ekosistem yang ada di bumi. Jumlah air di bumi ini mempunyai kadar yang sesuai dengan kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam proses terjadinya hujan Allah telah mengatur jumlah air yang menguap yang akhirnya menjadi air hujan dan sebagian yang masih ditahan oleh gravitasi bumi untuk tetap berada dalam lautan untuk mempertahankan suhu bumi serta sebagai tempat hidup ekosistem yang ada dalam laut. Semua itu sudah ditakar oleh Allah secara rapi dan teratur. Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Mu’minun (23): 18.
وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ بِقَدَرٖ فَأَسۡكَنَّٰهُ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابِۢ بِهِۦ لَقَٰدِرُونَ ١٨
Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.
Kerapian ciptaan Allah SWT, yang teratur dengan ukuran-ukuran yang presisi tidak hanya masalah air, melainkan atas segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya. Kadar air yang sesuai dengan ukurannya ini harus kita syukuri, karena Allah berkuasa untuk menghilangkannya dari bumi ini.[3]


[1] Agus S. Djamil. 2012.Al-Quran Menyelami Rahasia Lautan. Bandung: Mizan, Hlm. 91.
[2] Suprihanto Notodarmojo. 2005.Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung: ITB. Hlm. 273.
[3] Agus S, Djamil. 2012. Al-Quran Menyelami Rahasia Lautan, Bandung: Mizan, hal. 92-93.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar